Penabuh Bedug dan Pembaca Salawat (Dok: Iqbal Perdana /Kelompok I) |
Tepatnya di Masjid Al –Hidayah, salah satu masjid tertua di Kecamatan Jagong. Kala itu, ratusan pemuda dan tetua desa hadir dalam rangkaian acara. Begitu pula Nazzaruddin, Bupati Aceh Tengah yang turut hadir.
Bupati Aceh Tengah sedang memeluk tetua desa (Dok : iqbal P erdana /Kelompok I) |
Kami menjadi takzim melihat kesederhanaan yang menyerupai kesempurnaan itu, panggung dibentuk tepat di selasar masjid, sebuah tiang pengeras suara mencuat di tengah-tengah mimbar kayu, tanpa pahatan ornamen keislaman di badannya.
Hadirin duduk lesehan di tumpukan papan yang disusun rapi di atas jalan. Duduknya rapat sebab sempit untuk disandari ratusan pasang mata. Namun bak luka ditutup suka, perangai kekurangan seperti itu tidak terasa, semua orang khusyuk mendengar ceramah, kplok tepuk tangan sesekali meramaikan suasana.
“Kalau remaja biasanya ditandai dengan mimpi basah, sedang orang dewasa biasanya ditandai dengan ketangkap basah,” jawab Ustad Ngajib seterusnya.
***
Selang satu hari, maulid dihelat di Desa Bukit Kemuning, juga dihadiri ratusan hadirin. Di Bukit Kemuning, masyarakat beserta teman-teman KKN Unsyiah menjadi pencipta acara, sembari maulid, mereka juga menggelar pengajian.
Tabuh bedug dan rebana padu dengan kalimat-kalimat thayibah, syahdu dengan suhu sejuk pegunungan. Penganan khas jawa yang disajikan kepada hadirin cukup sederhana, seperti; Getuk dan Gemblong.
Kami dan masyarakat berbagi pengalaman seputar dunia perkuliahan dan pengaruh remaja di dunia. Masyarakat bangga dengan remaja yang giat bekerja dan giat belajar. Menjadi takzim ketika mereka tahu kalau kami berada di Kecamatan Jagong Jeget atas kemauan sendiri, bukan hasil undi.
“Semoga kedatangan kalian (mahasiswa KKN Unsyiah –red) kemari membawa berkah kepada kami, membantu dan menjadi agen perubahan,” kata Suharno, masyarakat.
Tidak ada komentar: